Kita pernah sedekat nadi
Jauh seperti sejaunya matahari
Merangsang bayangan yang setia
Mengonstruksikan jejak menyusuri indahnya bumi
Tertutur bukan masalah geografis
Ada bingkai merayakan hidup
Ada perasaan yang tertinggal
Membawa melintasi ruang-ruang imajinasi
Dari sendunya lampu-lampu ibu kota, bentangan pulau dan lautan
Merengkuh manisnya cinta, tetapi di saat bersamaan
Menelan pahitnya penghianatan
Jiwa periang hilang seketika
Berubah menjadi melankolis
Kau telah mengutuk hati ini
Hingga meneteskan bulir-bulir air mata
Mewujudkan impian yang ingin baru di mulai
Lalu kau siramkan air garam mematikan
Gambar; Sungai Kapuas |
0 komentar:
Posting Komentar